Teori belajar social Bandura (1965a, 1965b, 1971, 1977) menguraikan kumpulan ide mengenai cara perilaku dipelajari
dan diubah. Penerapan teori ini hampir pada seluruh perilaku, dengan perhatian khusus pada cara perilaku baru diperoleh
melalui belajar mengamati (observational learning). Teori ini digunakan dengan mudah untuk perkembangan agresi, perilaku
yang ditentukan, ketekunan, belajar loncatan ski, dan reaksi psikologis yang datar pada emosi.
Teori Bandura dengan jelas menggunakan sudut pandang kognitif dalam menguraikan belajar dan perilaku. Melalui
kognitif kita berarti Bandura berasumsi tentang pikiran manusia dan menafsirkan pengalaman mereka. Contoh, Bandura (1977)
membantsah bahwa belajar kompleks hanya dapat terjadi ketika orang sadar dari apa yang dikuatkan. Rangkaian kejadian itu
merupakan perilaku ingin yang diikuti oleh penguatan),” tetapi Bandura akan membantah bahwa penguatan seperti itu tidak akan
memberikan pengaruh yang kuat pada perilaku. Anak-anak pertama- tama harus mengerti hubungan antara perilaku yang benar
dan peristiwa penguatan.
Dalam perbedaan kedudukan Bandura, teori belajar tradisional (seperti Skinner dan Hull) berasumsi tidak menerima
proses kognitif manusia. Agaknya masalah utama untuk mendapatkan perilaku dari manusia supaya dapat dikuatkan . menurut
kedudukan tradisional, penguatan “menguatkan” perilaku, membantu perilaku lebih terjadi seterusnya.
Hal utama dari pendekatan tradisional ini, untuk terjadinya belajar, manusia harus melakukan performa/tampilan utama
dan kemudian diberi hadiah. Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan ,
secara rinci dasar kognisi dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap yaitu : atensi/perhatian, retensi/mengingat,
reproduksi gerak, dan motivasi.
1. Atensi / Perhatian
Jika reaksi baru yang dipelajari dari melihat/mendengar lainnya, maka hal itu jelas bahwa tingkat memberi perhatian
yang lain akan menjadi yang terpenting.
Lebih mendalam lagi berikut faktor-faktor untuk mendapatkan perhatian : (1) penekanan penting dari perilaku menoonjol
(2) memperoleh perhatian dari ucapan /teguran (3) membagi aktivitas umum dalam bagian –bagian yang wajar jadi
komponen keterampilan dapat menonjol.
2. Retensi
Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak, dan dasar untuk penyimpanan merupakan metode yang
digunakan untuk penyandian atau memasukkan respon. Penyandian dalam symbol verbal dipermudah oleh berpikir aktif
orang atau ringkasan secara verbal tindakan yang mereka amati.
Waktu respon yang diamati disandikan, ingatan kesan visual atau symbol verbal dapat berlanjutdengan melatih kembali
secara mental. Dengan begitu, penyandian akan mencoba untuk berpikir giat mengenai tindakan dan memikirkan kembali
penyandian verbal.
3. Reproduksi Gerak
Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, mereka harus dirubah kembali dalam tindakan yang
tepat. Rangkaian tindakan baru merupakan symbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu dibandiungkan dengan
ingatan/memori dari perilaku model. Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan baru, dan rangkaian perilaku awal.
Perilaku sebenarnya dicatat oleh orang dan mungkin juga oleh pengamat yang memberikan timbal balik yang benar dari
perilaku suka meniru. Dasar penyesuaian dari timbal balik membuat pengaturan simbolik rangkaian tindakan baru, dan
rangkaian perilaku dimulai lagi.
Teori belajar social memperkenalkan tiga prasyarat utama untuk berhasil dalam proses ini. Pertama, orng harus memiliki
komponen keterampilan. Biasanya rangkaian perilaku model dalam penelitian Bandura buatan dari komponen perilaku yang
sudah diketahui orang. Kedua, orang harus memiliki kapasitas fisik untuk membawa komponen keterampilan dalam
mengkoordinasikan gerakan. Terakhir, hasil yang dicapai dalam koordinasi penampilan/ pertuntukan memerlukan
pergerakan individu yang dengan mudah tampak.
4. Penguatan dan Motivasi
Pokok persoalan dari atensi, retensi, dan reproduksi gerak sebagian besar berhubungan dengan kemampuan orang
untuk meniru perilaku penguatan menjadi relevan. Ketika kita mencoba menstimulus orang untuk menunjukkan
pengetahuan pada perilaku yang benar. Walaupun teori belajar social mengandung penguatan untuk tidak menambah
pengetahuan guna “mengecap dalam perilaku”, itu peran utama memberi penguatan (hadiah & hukuman) seperti seorang
motivator.
Secara ringkas, teori belajar social Bandura memiliki 2 implikasi penting : (1) respon baru mungkin dipelajari tanpa
having to perform them (learning by observation) (2) hadiah dan hukuman terutama mempengaruhi pertunjukan
(performance) dari perilaku yang dipelajari: bagaimanapun ketika memberikan kemajuan, mereka memiliki pengaruh
tambahan / kedua dalam pengetahuan / belajar dari perilaku baru yang terus pengaruhnya pada atensi dan latihan.
CONTOH-CONTOH PENELITIAN
Imitasi, Hadiah, dan Hukuman
Menurut pemikiran Bandura, hadiah dan hukuman jauh lebih sesuai untuk menunjukkan perilaku baru daripada untuk
belajar. Prinsip ini ditunjukkan dalam percobaan klasik oleh Bandura (1956a), dimana anak-anak belajar untuk menyerang
boneka.
Subjek dalam penelitian adalah anak perempuan dan laki-laki kira-kira berumur 4 tahun. Mereka disuruh duduk sebelum
ada layar televisi dan mereka mengamati pria dewasa (model) membawa boneka bobo plastik berukuran sebesar badan. Secara
verbal model mengkata-katai Bobo, menariknya ke bawah dan mendudukannya, memukul di bagian hidung, memukul-mukul
bagian kepalanya dengan pemukul, dan menendangnya di sekeliling ruangan.
Pada akhir adegan kekrasan satu sisi ini, beberapa subyek menyaksikan kedua orang dewasa mengulang adegan
televisi dan salah satunya memberi hadiah, menghukum atau tidak memberi tanggapan/umpan balik untuk serangan model.
Hadiah yang mewah diperoleh dari perspektif 4 tahun lalu. Yang memberi reward memanggil model sebagai juara kekerasan,
beberapa model ditawarkan soft drink dan permen, dan dilanjutkan dengan pujian. The punishing authority berteriak dengan
mencela model dan memberikan tamparan keras.
Secara teoritis apa yang terjadi? Kita harus mencoba untuk menguji cara pendirian /sudut diatas dari 4 tahap berikut : :
(1) hal ini jelas bahwa subjek mengikuti. Televisi terkenal dari sifat menarik perhatian, dan anak-anak melihat program dalam
ruangan setengah gelap tanpa selingan / gangguan. (2) bagaimana gaya/cara itu disandikan ? apakah bayangan gambar atau
penyandian verbal yang digunakan ? Kemungkinan keduanya digunakan, tetapi mungkin anak kecil lebih mengandalkan
penyandian bayangan daripada anak yang lebih tua dengan perkembangan kemampuan verbal yang lebih tinggi. Pengamatan
yang dilakukan Gerst (1971) menunjukkan bahwa bayangan /khayalan dan penyandian symbol keduanya cara yang efektif dalam
penyandian tetapi hati-hati penamaan verbal yang meringkas tindakan kemungkinan bentuk sangat efektif dari penyandian. (3)
Bagaimana menerjemahkan pengetahuan dalam perilaku? Itu tidak menghalangi untuk reproduksi gerak. Semua subjek mampu
merespon komponen dari keperluan, dan banyak kemungkinan menunjukkan beberapa respon agresif sebelumnya. Oleh karena
itu, akan memudahkan untuk menterjemahkan pengetahuan dalam reproduksi gerak yang tepat. (4) Bagaimana peran hadiah?
Ini merupakan pertanyaan utama yang ditujukan oleh percobaan the Bobo doll. Ketika mereka diberi kesempatan untuk bermain
dengan Bobo doll mereka, anak-anak kurang agresif ketika mereka menyaksikan model yang mendapat hukuman. Pengaruh
hadiah membuktikan dapat diabaikan, meskipun dalam percobaan terdahulu dengan manipulasi hadiah yang kuat (Rosenk-rans
& Hartup, 1967), pemberian reward pada model menunjukkan untuk memudahkan pengaruh tertentu pada peniruan agresi. Jadi,
nampaknya proses penguatan yang dilakukan untuk orang lain dengan jalan mana pengamat dapat menjawab hadiah atau
hukuman yang didatangkan oleh pemain televisi.
Pertanyaan sisa, apakah mengamati hadiah/hukuman mempengaruhi belajar/pengetahuan, performa atau keduanya?
Bandura mengatur subjeknya terus pada sesi lebih jauh dimana mereka diberi beberapa gambar yang sangat menarik untuk
setiap respon agresif. Mereka dapat meniru dengan sangat berhasil.
Dengan mengagumkan, contoh ini menunjukkan dorongan agresi meningkat dalam semua kelompok percobaan, sama
sekali menghapus dengan cepat pengaruh hadiah dan hukuman pada model. Lebih jauh lagi semua mendukung tuntutan /klaim
Bandura bahwa hadiah lebih penting untuk performance dari pada untuk pengetahuan/belajar.
Self Control dan Modeling
Satu hal utama dari penelitian Bandura menguraikan kapasitas “self reactive” pada orang. Manusia tidak sesederhana
mesin yang dikendalikan stimulus dari luar, tetapi justru manusia menilai upayanya, hadiah dan hukuman dirinya sendiri dan
dapat mengatur perilakunya tanpa kontrol dari luar. Banyak teori yang kita uji ini berasumsi seperti itu. Kapasitas self reactive
(contoh, motivasi berprestasi, kesadaran diri, perbandingan social), tetapi mereka tidak membicarakan sumber pengaturan diri.
Perkembangan berbagai contoh self reward dipelajari dalam konteks belajar social dengan beberapa peraturan.
Cara belajar ini berawal dari Gelfand (1962), yang membuat permainan bowling kecil untuk anak-anak. Unsur-unsur
dasar terdiri dari 3-ft jalur bowling, system umpan balik dengan tanda cahaya yang memberitahu pemain bagaimana
mengumpulkan poin, dan mengumpulkan hadiah yang dekat. Hadiahnya merupakan token khusus yang dapat ditukarkan dahulu
untuk nilai hadiah.
Dalam pengamatan yang dilakukan oleh Bandura, Grusec , dan Menlove (1967), subjek berusia 7-1 tahun diamati
model dewasa yang bermain bowling. Setelah setiap pertunjukkan unggul, model diajak memuji diri dan juga menerima beberapa
token—ciri perilaku model dalam paradigma bowling. Agak lama subjek juga berkesempatan untuk bermain bowling, dan
sebagain besar, subjek membangun pola self reward mirip/menyerupai model dengan rapi.
TOPIK KHUSUS
• Sifat Dasar dan Jangkauan
Teori belajar social lebih umum dari beberapa maksud teoritis yang akan kita uji. Hal itu dilakukan untuk belajar dan
menunjukkan bermacam-macam perilku seperti reaksi takut, reaksi fisiologis, agresi dan perilaku mengatur diri. Memang,
perilaku social itu sedikit dari penggunaan teori belajar social yang dipisahkan. Dalam membedakannya, teori ditinjau dalam bab lain yang berpusat pada golongan perilaku tunggal (seperti prestasi) atau secara relatif dibatasi jumlah situasi yang
menggunakan proses tunggal.
Sebagai hasil yang luas, teori belajar social lebih penuh konsep/pengertian dari teori-teori lain. Dibawah paying teori
belajar social Bandura maksud kita menemukan konsep-konsep seperti petunjuk atensi/perhatian, belajar, motivasi untuk
melakukan, emosi dan perbandingan social.
Orientasi Teori Belajar Sosial
Orientasi teori belajar social sungguh berbeda dari kebanyakan teori lain. Dengan penelitian seringkali
mengarahkan terhadap fenomena yang berhubungan secara klinis, hal itu lebih berat dengan penerapan daripada
memikirkan alasan teoritis yang tepat untuk fenomena ini. Tentu saja, perhatian lebih pada penemuan perangkat yang tepat
dengan syarat bahwa akan menghasilkan perubahan maksimal dalam perilaku
Kekuatan kedua dibelakang penelitian Bandura adalah reaksi kritisnya pada teori belajar tradisional. Pada catatan
sebelumnya, banyak tulisan dan penelitiannya yang mendokumentasikan pentingnya modeling dalam perilaku social yang
penting. Bandura juga menunjukkan bahwa belajar dapat terjadi tanpa arahan penguatan dari pengamat, perbedaan yang
tajam dalam teori belajar tradisional. Dengan respon kritis yang membantah bahwa teori belajar mekanis tidak menjelaskan
perilaku seperti itu. Sebagai self denial atau daya cipta. Bandura menjelaskan bahwa kuat atau lemahnya self reward dan
beberapa tipe daya cipta dapat dengan menularkan /terus modeling. Dengan demikian, sejumlah fenomena pemikiran
pembahas diluar bidang teori belajar social, tentu saja dapat diperoleh melalui modeling.
Hasil Orientasi
Diskusi terdahulu menyatakan secara tidak langsung bahwa teori belajar social memberikan analisis umum
mengenai cakupan masalah penting, seperti idenifikasi, agresi, dan perilaku moral. Hal itu juga bermanfaat sebagai titik
pangkal dalam membuat pola intervensi yang mengandung nilai pengobatan melibatkan perubahan perilaku. Dalam waktu
yang sama, hal itu akan diakui bahwa keserbaragaman dari proses belajar teori pasti terlepas dari sebagian besar teori lain,
dalam beberapa hal, focus penelitian ini tidak khas tujuan membuat faktor penentu yang memberikan satu proses psikologis.
Boleh jadi pokok persoalan kritis untuk teori ini adalah bagaimana variable mempengaruhi setiap tahap proses
belajar yang digabungkan. Penelitian biasanya memperkenalkan sejumlah subproses (atensi, penyandian, reproduksi gerak,
motivasi) dan sejumlah variable tertentu yang mempengaruhi secara umum setiap subproses. Ini menempuh maksud teoritis
luar biasa dimana subproses seperti perhatian yang ditegaskan, diikuti oleh daftar variable yang mungkin mempengaruhi
subproses ini (model yang menarik, pengasuhan model, memberikan hadiah, sajian televisi).
MAU SMS GRATIS Klik
No comments:
Post a Comment