MENJADI HACKER ATAU CRACKER ?
Judul: MENJADI HACKER ATAU CRACKER ?
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian INTERNET.
Nama & E-mail (Penulis): sopi priatna
Saya Guru di bandung
Topik: Kesalahan penafsiran antara hacker dan cracker
Tanggal: 30 April 2005
Ketika saya membaca sebuah tulisan tentang hacker dan cracker, beberapa hari yang lalu, saya tersadarkan akan kesalahan penafsiran saya pada dua istilah tersebut dalam dunia cyberspace. Awalnya saya beranggapan bahwa hacker adalah cracker itu sendiri. Atau sama-sama mengusung sebuah "penamaan" untuk membobol mekanisme dan kinerja komputer orang lain. Hal itu pula lah yang kemudian menggiring kesadaran saya untuk mencoba berselancar di dalam internet selama berjam-jam, mengeprin beberapa naskah yang berkaitan dengan itu dan mencoba berkomunikasi dengan orang lain dalam arena chating.
Satu pertanyaan yang saya ajukan pada mereka adalah, apa itu hacker? Dan tragisnya, apa yang mereka jawab hampir sama dengan apa yang saya miliki, yakni seorang hacker adalah penyusup yang sengaja masuk pada jaringan komputer milik orang lain secara ilegal dan "mengacak-ngacak" dokumen didalamnya. Lalu apa itu cracker? Jawabannya pun nyaris sama. Intinya, baik hacker maupun cracker adalah para penyusup yang harus di waspadai keberadaanya. Kalau kedua istilah itu punya arti yang sama, maka pasti ada yang salah dengan pendefinisian keduanya.
Lalu, dimana letak kesalahan dari pendefinisian kedua istilah yang kerap hinggap ditelinga kita ini? Apalagi semenjak ada kabar bahwa "KPU-online" dibobol oleh para "hacker" beberapa bulan kebelakang. Benarkah itu adalah pekerjaan seorang hacker? Atau pekerjaan seorang cracker?
Tulisan ini mencoba menjawab dua istilah yang tidak asing ditelinga kita tersebut dengan wacana seorang pembelajar murni. Artinya, saya bukan dari kedua golongan tadi. Walaupun pada akhirnya menjadi tertarik untuk sekedar tahu aktifitas mereka (para hacker & cracker) sebagai satu ilmu yang menarik dalam dunia IT beberapa tahun ini.
PERSOALAN DASAR
Hacker dalam tulisan Eric Steven Raymond adalah " there is a community, a shared culture, of expert programmers and networking wizards that its history back trough decades to the firs time-sharing minicomputers and the earliesr ARPAnet experiment"
Dengan kata lain, Raymon mengatakan, "the members of this culture originated the term 'hacker'". Para hackerlah yang kemudian memperkenalkan internet, membuat program sistem operasi UNIX hingga bisa digunakan saat ini. Dan para hacker pula lah yang telah berjasa dalam menjalankan World Wide Web sehingga dapat dinikmati oleh semua orang di seluruh dunia di belahan manapun dia berada asal terkoneksi pada internet.
Lebih lanjut Raymon mengatakan " jika anda berada pada komunitas ini dan jika anda memiliki konstribusi didalamnya, dan kemudian orang mengenal anda sebagai hacker, maka anda adalah seorang hacker".
Sekilas dari pandangan Raymon kita dapat satu definisi bahwa seorang hacker bukanlah orang yang jahat seperti yang kita pikirkan selama ini. Ya, jika mereka memang bisa masuk kedalam komputer kita (malalui jaringan internet) karena mereka bisa menguasai ilmunya. Namun jika ada orang yang kemudian masuk secara ilegal kedalam komputer kita dan kemudian "mencuri dan mengacak-ngacak" data kita, mereka adalah CRACKER. Dan bisa jadi mereka adalah seorang hacker dalam dunia yang berbeda. Dengan kata lin, mereka semua adalah para ahli dalam hal teknologi informasi ini dan berkecimpung serius didalamnya.
Namun untuk menghindari kerancuan, maka sebuah kata kunci dalam masalah ini, menurut Raymon adalah perbedaan antara keduanya; seorang Hacker adalah dia yang membangun sistem, sementara seorang Cracker malah "menghancurkannya". (How to become a hacker, Eric S. Raymond, 2001).
Kapan istilah hacker menjadi trend sebagai sebuah kejahatan yang menakutkan? Tidak lain karena "dosa" pakar film di hollywood yang membiaskan istilah hacker dan cracker ini. Banyak film yang mengangkat tema hacker dalam sebuah bentuk "penghancuran sistem informasi " yang seharusnya makna itu diterapkan pada seorang cracker.
Sebut misalnya film the Net (1995), Take Down(1999). Film tersebut mengangkat tema hacker untuk menyebut cracker.
Dan dari kesalah penafsiran tadi, hingga kini pun istilah hacker masih dibiaskan dengan istilah cracker. Kerancuan itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di luar negeripun pandangan terhadap keduanya sama seperti itu.
Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad club di Lab Kecerdasan Artifisial Masschusetts Institute Of Teknology (MIT). Istilah hacker awalnya bermakna positif untukmenyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat progranm komputer dengan lebih baik ketimbang yang ada sebelumnya (Memahmi karakteristik Komunitas Hacker: Studi Kasus pada Komunitas Hacker Indonesia, Donny B.U, M.Si)
MENJADI HACKER
Mungkin sekilas tentang definisi di atas cukup untuk membatasi sejauhmana peranan seorang hacker dan cracker itu. Tulisan ini tidak akan mengangkat sejarah hacker dan awal mula kerancuannya. Namun lebih menitik beratkan pada bagaimana seandainya kita belajar menjadi hacker. Atau lebih spesifik, bisakah kita menjadi seorang hacker?
Dalam tulisan How to Become a Hacker, Eric Steven Raymon mengatakan bahwa menjadi hacker tidaklah segampang yang dikira. Langkah awal untuk menjadi seorang hacker haruslah menguasai minimal 5 bahasa pemrograman yang ada. Ia menyebut bahasa pemrograman C/C++, Java, Perl, Phyton & LISP. Selain itu mampu berinteraksi dengan program HTML untuk dapat membangun komunikasi dengan jaringan internet. Semua dasar diatas adalah ilmu yang "wajib" dimiliki jika kita memang berminat untuk menjadi seorang hacker sejati. Karena pada dasarnya menjadi Hacker adalah penguasaan terhadap membaca dan menulis kode.
Kenapa kode? Karena memang komputer yang kita jalankan setiap hari pada intinya adalah terdiri dari berbagai kode instruksi yang cukup rumit.
Selain penguasaan terhadap bahasa pemrograman diatas, kita pun harus punya bekal yang cukup dalam berbahasa inggris untuk dapat saling bertukar pikiran dengan komunitas hacker dari seluruh dunia. Ini tidak dilarang karena pada umumnya, mereka (anggota komunitas tersebut) memiliki kode etik tersendiri tentang open-source atau kode-kode program yang boleh dibuka dan diutak atik oleh orang lain. Contoh, kode-kode Linux yang marak di perkenalkan baru-baru ini memiliki konsep open source dan karenanya bisa dimiliki oleh khalayak ramai dengan sebutan free software.
Kembali pada persoalan diatas, menjadi seorang hacker untuk tujuan saling berbagi ilmu dalam teknologi informasi ini, atau dalam arti yang lebih luas untuk memudahkan pemakai komputer pada masa yang akan datang, bukanlah hal harus ditakuti. Sebaliknya, ilmu tersebut harus diterjemahkan dan sama-sama digali sehingga menjadi bagian terintegral dalam memahami lika-liku dunia cyber. Asal saja kita tidak terjebak pada prilaku yang negatif sehingga menjadi seorang cracker yang membobol sitem rahasia orang lain.
AWAL SEBUAH PERJUANGAN
Ketika kita meniatkan diri untuk lebih akrab dengan dunia hacker, maka selain beberapa bekal yang disebutkan diatas, penguasaan bahasa pemrograman, html dan bahasa inggris, nampaknya niat tersebut harus juga dilengkapi dengan satu sikap mendasar tentang orientasi dan tujuan awal kita menjadi seorang hacker. Alih-alih menjadi seorang pakar pemrograman yang baik, jika tidak benar malah bisa terjebak pada prilaku negativ yang tidak hanya merugikan orang lain tapi merugikan diri sendiri. Konon, jika seandainya saja anda menjadi seorang cracker dan anda dikenal suka membuka rahasia orang lain, maka, jangan harap anda dapat dengan mudah berjalan-jalan kemanca negara. Karena, kata beberapa sumber, nama anda sudah di "black list" sebagai penjahat cyber?
Di sisi ini menarik untuk di simak, satu sisi, kita butuh teknologi canggih yang kerap bermunculan dalam hitungan detik, sisi lain ada kehawatiran takut terjebak pada pola "nyeleneh" yang berakibat patal. Namun demikian, sebagai satu sikap, kita berpijak pada satu kesepakatan, bahwa mempelajari bahasa-bahasa yang ditawarkan oleh Eric Steven Raymon diatas, adalah hal yang baik. Karena dengan mempelajarinya, kita minimal dapat mendapat solusi untuk membuat program yang berguna bagi orang lain. Dan jika ini dilakukan, percayalah, anda adalah seorang hacker.
Sopi Priatna, pengajar komputer di SMK Negeri 8 Bandung
Saya sopi priatna setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.
No comments:
Post a Comment