SELAMAT DATANG

WELCOM TO MY BLOG

Tuesday 27 November 2012

DEWI ARIMBI & DEWI SINTA

DEWI ARIMBI Dewi Arimbi seorang puteri Raksasa, saudara Prabu Arimba, seorang raja raksasa di Pringgadani. Puteri ini dalam mimpi bertemu dengan Raden Bratasena, kesatria Pandawa yang kedua. Setelah puteri ini mencari Raden Bratasena bertemulah waktu Raden Bratasena sedang membuka hutan akan dibuat negeri. Setiba Dewi Arimbi dihadapah Raden Bratasena lalu memeluk kaki Raden Bratasena dan menyatakan kehendaknya. Tetapi Raden Bratasena tak suka, lantaran puteri itu berupa raksasa. Pada waktu itu ibu Raden Bratasena, Dewi Kunti bersabda: “Ah kasihan benar kamu anak cantik”. Sabda Dewi Kunti itu menyebabkan mengubah roman muka Dewi Arimbi jadi secantik-cantiknya. Diperisterilah Dewi Arimbi oleh Raden Bratasena, dan kemudian hari berputralah seorang kesatria Raden Gatotkaca. Pada umumnya, percintaan seorang dengan puteri, kesatria itu dengan melahirkan pembujuk kata percintaan (Jawa: ngungkung). Tetapi kata Bratasena kepada Dewi Arimbi tak dengan mengumbar puji-pujian namun hanya kata-kata sederhana seperti: alisnya dekat mata, hidungnya di atas mulut, rambutnya di atas kepala, dan dibanting-bantingkan puteri itu di paha Bratasena. Tetapi kata dan tingkah Bratasena ini malahan dapat menarik hati puteri itu. Tingkah laku Bratasena ini hingga mendatangkan kemurkaan keluarga Arimbi. Tetapi kenyataannya, malahan mensukacitakan Arimbi, karena ia tak sekali-kali merasakan sakit dan was-was dalam hatinya malahan senang gembira. Rasa cinta seorang ibu pada putera telah umum dan dirasa tak berbeda-beda. Tetapi untuk Dewi Arimbi ini lalu terpisah dengan puterandanya, lantaran kesatria prajurit. Tetapi pada suatu masa datanglah Raden Gatotkaca kehadapan ibunya untuk minta dihias bagi keelokan seorang kesatria. Besarlah rasa hati ibu melihat merepek (Jawa: ngadi-adi) putera itu, minta dimandikan, minta dihias dan lain-lainnya. Hal ini kejadian waktu Raden: Gatotkaca jatuh hati pada Dewi Pregiwa, puteri Raden Arjuna. Selama hidup baru sekali itu Raden Gatotkaca tertarik oleh perempuan. Dalam ceritanya keelokan puteri ini lantaran kacaknya (cakrak), karena puteri asal dari gunung. Menurut pandangan Gatotkaca, keelokan Pregiwa itu tertampak serba bersahaja, maka terlihatlah bahwa kecantikan itu wujud yang sewajarnya. Sekalipun Pregiwa asli datang dari gunung tak kalah dengan puteri di negeri DEWI SINTA Dewi Sinta lahir dari rahim Dewi Tari isteri Dasamuka raja raksasa di negara Alengka. Kelahirannya sudah diramalkan oleh para ahli nujum negara Alengka, bahwa anak di dalam kandungan Dewi Tari tersebut adalah titisan Dewi Widowati yang diincar oleh Dasamuka untuk dijadikan isteri. Karena dipercaya bahwa barangsiapa memperistri Dewi Widowati atau titisannya akan mendapat kemuliaan lahir dan batin. Maka jika ramalan para nujum itu benar, maka dikhawatirkan bahwa anak dewi Tari akan diperistri ole ayahnya sendiri. Apa yang diramalkan para nujum menjadi kenyataan, anak Dewi Tari lahir perempuan, dan merupakan titisan Dewi Widowati. Tandanya adalah, wajahnya cantik jelita dan memancarkan aura sinar pada tubuhnya. Gunawan Wibisana adik Dasamuka yang rupawan sangat cemas bahwa nantinya setelah dewasa, kakaknya akan memperistri anaknya sendiri. Mumpung kakaknya tidak sedang berada di kraton, Gunawan Wibisana memohon ijin kepada Dewi Tari untuk membuang bayi perempuan tersebut dan menggantinya dengan bayi laki-laki. Dewi Tari menyetujui langkah Gunawan Wibisana demi keselamatan bayinya. Maka kemudian bayi tersebut dimasukkan ke dalam kendaga yang indah dan nyaman, dengan diberi beberapa kelengkapan bayi serta mainan yang berbentuk kupat sinta, untuk kemudian dihanyutkan ke sungai. Sebagai pengganti dari bayi yang dilahirkan Dewi Tari, Gunawan Wibisana memohon seorang bayi laki-laki dari sebuah gumpalan mega di langit. Permohonan Gunawan Wibisana di perkenankan, maka berubahlah gumpalan mega tersebut menjadi bayi laki-laki, dan diberi nama Megananda atau Indrajit. Kendaga yang berisi bayi perempuan tersebut terbawa aliran sungai dan masuk ke persawahan bumi Mantili. Pada waktu itu Prabu Janaka raja Mantili, sedang memimpin upacara ritual para petani yang diselenggarakan pada setiap awal musim tanam. Betapa terkejutnya Prabu Janaka, ketika mata bajak yang sedang dijalankan terantuk sebuah kendaga yang berkilau indah. Lebih terkejut lagi setelah diketahui bahwa di dalam kendaga tersebut terdapat seorang bayi perempuan yang cantik bersinar-sinar. Bayi tersebut kemudian dibawa ke dalam kraton dan diangkat anak oleh Prabu Janaka dan diberi nama Sinta, nama yang berasal dari salah satu jenis ketupat yang artinya adalah mata bajak. Prabu Janaka bersama tiga permaisurinya yaitu Dewi Sara, Dewi Tatawi, Dewi Sumerta bersukacita atas kehadiran seorang bayi yang sangat cantik jelita di dalam keluarga mereka, untuk menemani Mayaretna anak semata wayang Prabu Janaka yang lahir dari Dewi Sumerta. Melalui ujung mata bajak, Prabu Janaka menemukan seorang bayi, yang kemudian diangkat anak dan diberi nama Sinta. Setelah dewasa Sinta dipinang oleh Rama, putra Prabu Dasarata raja Ayodya, melalui sebuah Sayembara yang diadakan oleh Prabu Janaka. Walaupun Sinta adalah anak raja Alengka yang diangkat anak oleh raja Mantili dan kemudian menjadi menantu raja Ayodya, hidup Sinta tidak pernah lepas dari kesengsaraan.

No comments:

Post a Comment